Renung di sini tidak bermaksud untuk mencari kebenaran, apalagi pembenaran, tapi untuk menggugah perasaan, agar kita dapat mengenali kelakuan yang menurut kacamata kebiasaan dianggap menyimpang. Dengan demikian, kita akan lebih arif dan kreatif dalam menyikapi pelbagai persoalan. Sedangkan canda dan kelakar dalam buku ini (sering dijumpai dalam pergaulan sehari-hari), tidak bermaksud meruntuhkan sakralitas sebuah agama, hanya untuk mencairkan suasana, agar kita tidak selalu dicekam oleh bayang-bayang tirani sebuah religi, yang kerap membuat kita jadi kerdil lantaran sempitnya wawasan.
Renung dan Canda bila digabungkan, akan melahirkan pikiran-pikiran jernih dan ringan saat kita melangkah menggapai kebahagiaan. Dan kebahagian itu, sejatinya adalah buah dari kemenangan. Kemenangan yang harus diperoleh dengan ”cinta” tidak dengan ”paksa” dan tak henti-hentinya diserukan para bilal saat mengumandangkan azan.
Buku ini menghendaki sikap yang positif dan hati yang lapang. Bila tidak, bisa jadi akan menuai hujatan yang hanya melahirkan sentimentalisme dan kebencian, buah dari kekalahan. Kekalahan yang telah menempatkan kaum muslimin hari ini ke dalam keterpurukan harus segera berubah menjadi kejayaan, sebagaimana kejayaan yang pernah termaktub dalam ”tinta emas” sejarah peradaban Islam. Sebuah peradaban yang amat kaya dengan kebajikan dan inovasi yang terilhami dari teladan Nabi, kiprah dan buah pemikiran para ulama dan kaum sufi.
2 comments:
Wah memang benar-benar mengispirasi. Kita menjadi malu terhadap diri sendiri.
Kita seharusnya merenung.
Post a Comment